Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sticky Ad

Pengertian dan Komposisi Gas LPG

LPG (Liquid Petroleum Gas = Gas minyak bumi yang dicairkan) adalah Gas yang diperoleh dari kilang-kilang minyak bumi atau kilang-kilang Gas alam. Pada proses pemisahan minyak bumi dalam kilang fraksionasi, Gas-Gas komponen LPG ini menempati fraksi paling atas. Gas yang menjadi komponen LPG ini adalah campuran antara Gas Propana (C3H8), Butana (C4H10) dan beberapa senyawa Hidrokarbon (C-H) lainnya yang lebih berat massa jenisnyaseperti pentana atau biasa ditulis golongan C5+.



Volume LPG dalam bentuk cair, akan lebih kecil dibandingkan dengan dalam bentuk Gas untuk berat yang sama. Oleh karena itu. LPG dipasarkan dalam bentuk cair. LPG yang digunakan untuk rumah tangga, dalam pengisiannya ke dalam tabung sengaja tidak diisi penuh, hanya sekitar 80% dari isi tabung. Ruang sisanya disediakan untuk terjadinya ekspansi dari cair ke Gas saat LPG digunakan.

Pada mulanya LPG ini merupakan Gas yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak beracun. Namun sifatnya yang tidak mudah terdeteksi ini justru berbahaya jika terjadi kebocoran Gas.
Karena komposisi minyak bumi merupakan campuran dari beberapa senyawa hidrokarbon, maka fraksi Gas untuk LPG pun merupakan campuran dari Propana, butana, dan C5+ dengan perbandingan komposisi yang berbeda-beda dari satu kilang dengan kilang yang lainnya. 

Pada produk LPG yang dikeluarkan oleh Pertamina dengan merek dagang Elpiji, spesifikasinya disesuaikan dengan aturan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 26525/10-/DJM.T/2009, bahwa komposisi produk LPG minimal mengandung campuran Propana dan Butane sebesar 97 persen dan maksimum 2 persen merupakan campuran C5+. Batasan komposisi Propana dan butana dalam spesifikasi tersebut dibatasi dengan parameter maksimum tekanan uapnya yaitu 145 psi (10,2 kg/cm2) pada suhu 100° F (37.7°C). Pada kondisi tersebut, perbandingan Propana dan butana adalah 8020. Karena makin banyak Propana, tekanannya akan makin besar sehingga spesifikasi ini mensyaratkan kadar volume Propana dalamtabung LPG tidak boleh melampaui 80 persen, atau LPG yang beredar di Indonesia harus memiliki kadar volume butana paling sedikit 20 persen.

Hal ini berkaitan dengan iklim Indonesia yang tropis, Jika tabung berisi 100 persen Propana, suhu tropis Indonesia akain memudahkan Propana yang memiliki tekanan lebih tinggi dari butana cepat memuai, yang bisa menimbulkan ledakan. Namun jika terdiri atas butana 100 persen, tekanan butana yang rendah akan menyulitkan proses pembakaran juga api yang ditimbulkannya tidak sebiru Propana (Biru Kemerahan). Akibatnya proses memasak jadi tidak efisien. Namun lain halnya dengan negara-negara beriklim dingin, komposisi LPG-nya akan lebih banyak Propana karena pada iklim dingin butana tidak akan menyala, tetapi Propana masih bisa menyala sampai suhu -300 C.

LPG yang dihasilkan dari kilang Gas yang juga menghasilkan LNG dapat dikirimkan melalui kapal/kendaraan darat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri atau diekspor.  LPG dapat pula dihasilkan dari kilang khusus LPG atau merupakan bagian dari kilang  yang mengolah minyak mentah menjadi produk-produk minyak (Terutama Bahan Bakar).

Ada 3 (Tiga) cara penyimpanan LPG, yakni Under Ground Tank (UGT), dibawah Tekanan dan Temperatur kamar dan Refrigerated pada Tekanan Atmosfer atau lebih. Contoh Industri minyak/kilang penghasil LPG di Indonesia adalah Mundu (0,035 Juta Metric Ton (MT)/Year (Th), Tanjung Santan 0,090 Juta MT/Y, LNG Plant Bontang 0,454 Juta MT/Y, Dumai 0,140 Juta MT/Y, Plaju/Musi 0,55 Juta MT/Y, Cilacap 0,254 Juta MT/Y, Balikpapan 0,204 Juta MT/Y, Balongan 0,123 Juta MT/Y dan industri-industri MIGAS lainnya termasuk PT. Odira Energy Persada.

Sifat Gas LPG
Sifat Gas LPG yang harus diperhatikan dalam penggunaannya yaitu :
  1. Gas bersifat Flammable (Mudah Terbakar). Dalam batas Flammable. LPG adalah sumber api terbuka. Sehingga letup (Percikan Api) yang sekecil apapun dapat segera menyambar Gas LPG. Namun untuk terjadinya sebuah kebakaran dibutuhkan volume LPG yang cukup yang membuat LPG tersebut terbakar dan meledak (Seperti terjadinya kebakaran yang akhir2 ini marak di Indonesia). Besar kecilnya daya ledak tergantung dari volume Gas yang biasanya berada dalam ruang tertutup dimana terjadi kebocoran, oleh karena itu ventilasi sangat penting sehingga pabila terjadi kebocoran tidak menyebabkan kebakaran atau bahkan ledakan. Sebagai catatan karena Gas ini merambat dibawah sehingga sebaiknya ventilasi berada di bawah.
  2. Sensitive terhadap Api.
  3. Jika terjadi kebocoran, LPG akan cenderung berputar-putar secara lamban di atas permukaan lantai/tanah, karena berat jenis LPG lebih besar dari berat jenis udara. Berat jenis Propana satu setengah kali berat jenis udara, sedang berat jenis butana dua kali berat jenis udara. Kebocoran LPG yang merambat di lantai kadangkala belum tercium oleh orang yang sedang berdiri. Dengan demikian, ketika mulai tercium, berarti volume LPG yang keluar sudah setinggi orang yang menciumnya. Untuk itu, demi keamanan, upayakan agar di permukaan lantai di sekitar LPG ada sirkulasi udara, bisa dengan lubang ventilasi atau memasang Exhaust Fan. agar kebocoran LPG sedikit saja bisa langsung tercium atau bisa dinetralkan oleh angin, atau bisa juga dengan memasang alarm LPG di dekat permukaan lantai.
  4. Komponen LPG merupakan pelarut yang baik untuk karet, sehingga perlu diperhatikan komponen-komponen karet yang bersentuhan dengan LPG, agar tidak longgar yang bisa menimbulkan kebocoran.
  5. Tekanan LPG cukup besar, sehingga bila terjadi kebocoran LPG akan berubah menjadi Gas secara cepat, memuai. dan menjadi sumber api terbuka yang mudah terbakar. Satu kilogram LPG berpotensi berubah menjadi 500 liter Gas yang menempati permukaan lantai.
  6. Usahakan tabung tidak terpapar panas, karena panas dapat memicu memuainya Propana di dalam tabung. Tekanan Propana ini cukup besar dan bisa memicu ledakkan. Untuk keamanan, aturlah jarak tabung dengan Kompor Gas (Sebagai Sumber Panas) sedemikian rupa agar tabung tidak terpapar panas.
  7. Propana memiliki Titik Beku yang besar, sehingga jika dirasa dingin di sekitar katup tabung, patut dicurigai telah terjadi kebocoran LPG.
  8. Jika warna api sudah mulai merah (Tidak Biru Transparan) patut dicurigai adanya kotoran yang ikut terbakar, yang bisa mengganggu aliran LPG ke kompor.
Adapun sifat LPG secara umum adalah sebagai Berikut:
  1. Cairan dan Gasnya sangat mudah terbakar.
  2. Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat.
  3. Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau silinder.
  4. Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.
Berat Jenis Gas LPG lebih besar dari BJ udara (Berat jenis udara bervariasi tergantung dari tekanan, suhu, dan kelembaban rata- rata untuk wilayah Indonesia rentang sekitar 1,16 sampai 1,25 kg/m3), sehingga cenderung bergerak ke bawah.

Macam-macam dan Jenis-jenis Gas LPG

1. Macam-macam Gas LPG
Gas-Gas komponen LPG tersebut diperoleh dalam bentuk Gas. Untuk memudahkan pendistribusiannya, maka campuran Gas-Gas tersebut diubah bentuknya menjadi cair. Berdasarkan pencairannya, dikenal 2 macam LPG yaitu LPG Refrigerated dan LPG Pressurized. LPG Pressurized adalah LPG yang dicairkan dengan cara menambahkan tekanan dan menurunkan suhunya, kemudian dimasukkan ke dalam tabung bertekanan. LPG jenis inilah yang kini digunakan untuk rumah tangga dan industri.

Sementara itu, LPG Refrigerated adalah LPG yang dicairkan dengan cara didinginkan (Titik Cair Propana + -42°C dan titik cair Butane + -0.5°C). LPG jenis ini umumnya digunakan untuk pendistribusian secara besar-besaran (Misalnya pengiriman LPG antar Negara, dari negara Arab ke Indonesia). Dibutuhkan tangki penyimpanan khusus yang harus didinginkan agar LPG tersebut tetap dapat berbentuk cair serta dibutuhkan proses khusus untuk mengubah LPG Refrigerated menjadi LPG Pressurized. Elpiji yang dipasarkan PERTAMINA dalam kemasan tabung dan curah adalah LPG Pressurized.

2. Jenis-jenis Gas LPG
Menurut spesifikasinya, Elpiji dibagi menjadi Tiga Jenis yaitu Elpiji campuran, Elpiji Propana dan Elpiji Butana. Spesifikasi masing-masing Elpiji tercantum dalam Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor: 25K/36/DDJM/1990.

Elpiji yang dipasarkan Pertamina adalah Elpiji campuran. 
Berdasarkan komposisi Propana dan Butane, LPG dapat dibedakan menjadi tiga macam:
  1. LPG Propana, yang sebagian besar terdiri dari C3. Adalah Elpiji yang masing-masing mengandung Propana 95% volume dan diberi Odorant (Mercaptant), umumnya digunakan untuk keperluan industri.
  2. LPG Butane, yang sebagian besar terdiri dari C4. Adalah Elpiji yang masing-masing mengandung Propana butana 97,5 % volume dan diberi Odorant (Mercaptant), umumnya digunakan untuk keperluan industri.
  3. Mixed LPG, yang merupakan campuran dari Propana dan Butane dengan komposisi antara 70- 80% dan 20-30% volume dan diberi Odorant (Mercaptant) dan umumnya digunakan untuk bahan bakar rumah tangga.

3. Jenis-jenis Elpiji Pertamina (yang Dipasarkan)
ELPIJI PERTAMINA yang dipasarkan dalam kemasan tabung (3 kg, 6 kg, 12 kg, 50 kg) dan curah merupakan LPG Mix, dengan komposisi + 30% Propana dan 70% Butane. Varian lain adalah LPG Odourless (Tidak Berbau). Zat mercaptan biasanya ditambahkan kepada LPG untuk memberikan bau yang khas, sehingga kebocoran Gas dapat dideteksi dengan cepat

Kebutuhan Elpiji PT Pertamina (Persero) paska program konversi minyak tanah ke Elpiji yang rampung pada 2010-2011 diperkirakan mencapai 4,789 juta Metrik Ton (MT). Dari data Pertamina yang diperoleh VIVAnews Jumat, 13 November 2009, guna memenuhi kebutuhan tersebut perseroan menambah jumlah depot Elpiji agar bisa memasok Elpiji ke masyarakat. Menurut data tersebut, pada bulan ini ada dua pembangunan depot Elpiji yang sudah rampung 90 persen dan dalam proses dilakukan uji coba, yaitu Semarang dan Gresik dengan kapasitas masing-masing 10 ribu Metrik Ton (MT).

Sedangkan pembangunan depot-depot lain seperti Tanjung Sekong, Bali, Lampung dalam proses penyusunan kontrak dan tender dengan kapasitas 3.000-5.000 MT. Sementara itu, depot Medan dan Makassar dengan kapasitas 10 ribu MT tengah dalam proses tender.

Untuk pasokan Elpiji 2010, pasokan dari kilang pertamina 1,020,816 juta, 2011 mencapai 907,024 juta. Sedangkan dari kegiatan hulu pertamina, pasokan Elpiji untuk 2010-2011, masing-masing 47 ribu MT. Sementara itu, dari pembelian Elpiji kilang swasta 2010-2011, masing-masing 1,292,787 MT dan 1,292,085 MT, serta dari impor masing-masing 1,874,019 MT dan 2,543,474 MT.

Penggunaan Gas LPG

Penggunaan Gas LPG di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat dapur (Terutama kompor Gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur, Gas LPG juga cukup banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor (Walaupun Mesin Kendaraannya harus dimodifikasi terlebih dahulu). Secara umum LPG (Liquified Petroleum Gases) dapat digunakan sebagai :
  1. Bahan Bakar dalam rumah tangga dan Industri
  2. Bahan Bakar Mesin pembakaran dalam (Internal Combustion Engine) Karena zat Propana mempunyai Angka Oktan (Octane Number) yang tinggi (ON = 97), maka untuk dapat memperoleh ke-ekonomian Bahan Bakar, harus digunakan mesin dengan perbandingan komposisi tinggi (10 : 1).
  3. Sebagai bahan baku Kilang Petrokimia. 
Propana dan butana dinilai cukup efektit digunakan sebagai bahari bakar untuk rumah tangga dan industri, karena selain ketersediaannya cukup banyak, juga api biru yang dihasilkannya bersuhu cukup tinggi yakni di atas 1.000°C sehingga proses memasak bisa lebih cepat dan lebih efisien. Selain itu, pembakarannya pun tidak menghasilkan residu/jelaga.

LPG Butane dan LPG Mix biasanya dipergunakan oleh masyarakat umum untuk bahan bakar memasak, sedangkan LPG Propana biasanya dipergunakan di industri-industri sebagai pendingin, bahan bakar pemotong, untuk menyemprot cat dan lainnya.

LPG memang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak tanah, salah satunya adalah api pembakaran yang dihasilkannya berwarna biru. Api biru ini menunjukkan bahwa proses pembakaran berlangsung sempurna, sehingga menghasilkan energi panas yang cukup tinggi, yaitu di atas 1000°C. Karena pembakaran berlangsung sempurna, maka api biru dinilai ramah lingkungan karena tidak menghasilkan residu.

Api biru berbeda dengan api merah, warna merah pada api tersebut menunjukkan reaksi pembakaran berlangsung tidak sempurna, sehingga energi panas yang dihasilkannya pun kurang dari 1000°C. Perbedaan warna api tersebut lebih menyangkut pada masalah berapa banyak Oksigen (O2) yang tersedia untuk menyalakan bahan bakar. Seperti kita ketahui, ada tiga syarat terjadinya api, atau biasa disebut segitiga api, yaitu adanya panas/kalor, adanya oksigen, dan adanya bahan bakar. Oksigen yang banyak menyebabkan nyala api berwarna biru, sebalikma oksigen yang terbatas menyebabkan api berwarna merah. Sebagai perbandingan bisa kita amati antara warna api lilin dan api kompor Gas. 

Kompor Gas yang berbahan bakar Gas Propana-/Butana. Bahan bakar ini sudah berwujud Gas dengan kan-dungan karbon yang sedikit (Propana hanya memiliki Tiga Karbon) sehingga dalam proses pembakaran tidak perlu melewati tahap-tahap seperti yang dialami lilin dan bahan-bahan bakar lainnya. Bentuk Gas memudahkan proses reaksi pembakaran dapat berlangsung dengan cepat, karena bahan bakar Gas dapat terbakar seluruhnya sehingga dapat menghasilkan energi panas yang tinggi.

Warna nyala apinya pun jernih dan transparan karena tidak dikotori oleh partikel-partikel karbon yang tidak ikut terbakar (Semua Karbon terbakar Sempurna). Molekul-molekul hidrokarbon seperti Propana saat diberi kalor pembakaran akan menyerap sebagian energi panas tersebut, lalu kembali memancarkannya untuk kembali ke posisi semula (Ground State). Energi yang kembali di pancarkan tersebut berbentuk cahaya dengan panjang gelombang dalam spektrum biru dan hijau sehingga warna api kompor Gas selain jernih dan transparan akan tampak berwarna biru kehijauan.

Jika kita ingin memperoleh api pembakaran yang lebih panas lagi, bisa dengan cara menambahkan oksigen mumi pada bahan bakar Gas tersebut Karena, bagaimanapun juga kandungan oksigen di udara hanya 20 persen, 80 persen bagian lainnya diisi unsur lain (Nitrogen, Hidrogen, dll). Penyembur api tukang las atau disebut juga Oxyacetylene Torch mencampur oksigen mumi dengan Gas asetilena, sehingga dapat menghasilkan nyala dengan suhu 3300 °C dan yang pasti nyala api kedua benda di atas berwarna biru.

DOWNLOAD FORMAT PDF